Mengenal Kolik pada Bayi
Menangis adalah hal yang normal dilakukan oleh bayi sebagai suatu bentuk komunikasi untuk menyampaikan keinginannya atau apa yang dirasakannya, seperti misalnya saat popoknya basah, ketika merasa lapar atau kedinginan, saat sedang lelah dan ingin tidur atau juga ketika merasakan ada yang sakit di tubuhnya. Namun bila bayi menangis terus-menerus sepanjang waktu, tentu hal ini akan membuat ibu menjadi khawatir. Mari kita cari tahu apa penyebabnya dan bagaimana cara mengatasinya.
Bayi yang menangis lebih dari 3 (tiga) jam sehari selama 3 (tiga) hari atau lebih dalam seminggu dan telah berlangsung dalam 1 (satu) minggu terakhir tanpa alasan yang jelas dapat didiagnosis sebagai kolik infantil atau kolik pada bayi. Biasanya kolik mulai terjadi pada bayi usia 2-3 minggu, mencapai puncaknya pada usia 6-8 minggu dan dapat berlangsung sampai usia 5 bulan. Kolik pada bayi bukanlah suatu penyakit, tidak mempengaruhi berat badan bayi. Berat badan bayi tetap naik sesuai usianya.
Penyebab terjadinya kolik pada bayi terdiri dari berbagai faktor seperti faktor maternal (usia ibu, tingkat pendidikan, kecemasan dan depresi ibu, riwayat konsumsi alkohol atau merokok pada ibu, cara pemberian makanan), faktor lingkungan (hubungan interaksi ibu dan anak yang kurang baik), faktor bayi (temperamen bayi, menelan udara berlebihan, gangguan pergerakan usus, perubahan mikrobiota usus). Hanya sekitar 5-10% kolik pada bayi yang disebabkan oleh gangguan organik, seperti misalnya penyakit reflux gastro esofagus, alergi terutama terhadap protein susu sapi, intoleransi laktosa atau ketidakmampuan tubuh abyi dalam mencerna laktosa. Bila pada bayi ditemukan gejala atau tanda bahaya yang mengarah adanya gangguan organ sebaiknya segera periksakan kedokter agar dapat diberikan terapi yang tepat.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, telah banyak dilakukan penelitian untuk mengetahui peran probiotik pada kolik pada bayi. Probiotik adalah mikro organisme hidup yang bersifat menguntungkan karena dapat menyeimbangkan komposisi mikrobiota usus. Berdasarkan data yang ada, bayi dengan kolik infantil memiliki keragaman dan stabilitas mikrobiota usus lebih rendah dibandingkan dengan bayi tanpa kolik Perubahan ini menunjukkan bahwa gangguan keseimbangan mikrobiota usus mungkin berperan dalam terjadinya kolik pada bayi.
Beberapa penelitian yang dilakukan telah menunjukkan bahwa pemberian probiotik strain tertentu seperti misalnya Bifidobacteriumsp Dan Lactobacillussp dapat mengurangi gejala kolik Durasi dan jumlah episode menangis pada bayi dengan kolik menurun secara signifikan setelah pemberian probiotik. Hal ini tentu saja berdampak baik terhadap kualitas tidur bayi dan juga kondisi psikologis orangtua. Probiotik dapat mengurangi jumlah buang air besar dan memperbaiki konsistensi feses. Selain itu, probiotik juga dapat bertindak sebagai imuno modulator di usus bayi sehingga dapat memberikan perlindungan terhadap infeksi saluran cerna.
Pemberian obat pada bayi yang mengalami kolik tidak direkomendasikan. Obat anti kolinergik seperti cimetropium dan dicyclomine dapat mengurangi durasi menangis, namun memiliki efek samping yang serius seperti letargi, apnoe dan koma. Simethicone dan obat proton pump inhibitor juga terbukti tidak efektif dalam menangani kolik pada bayi.
Empati dan reassurance adalah kunci utama dalam penanganan bayi dengan kolik. Pengasuhan anak dengan interaksi yang baik, pengaturan pola makan yang baik dan memberikan pelukan pada anak saat tidur mengurangi gejala kolik pada bayi. Penanganan yang salah pada bayi dapat menyebabkan permasalahan pada kondisi fisik dan mental anak/keluarga. Ibu dan pengasuh perlu cukup istirahat untuk menghindari stres dan depresi. Ibu yang mengalami depresi dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental, sosial emosi, dan kognitif bayi selanjutnya.